Media Online Milik Gereja Kemah Injil KINGMI Papua

Rabu, 01 Juni 2011

KRONOLOGIS TRAGEDI BERDARAH DI PASAR LAMA KAMKEI - ABEPURA – JAYAPURA – PAPUA

(Di Laporkan Oleh: Selpius Bobii - Ketua Umum Front PEPERA PB)
=========================================

I. KASUS

“Rentetan insiden berdarah di Tanah Papua telah dilakukan oleh TNI/POLRI. Tragedi berdarah kembali terjadi lagi, namun kali ini aktornya adalah warga sipil Makasar-Madura yang diback up polisi untuk membasmi orang asli Papua. Tragedi berdarah antara masyarakat Madura-Makasar dan Mahasiswa Pegunungan Bintang ini terjadi pada tanggal 28 Mei 201 berawal dari kecelakaan lalu lintas.” Berikut ini kronologisnya.

II. NAMA-NAMA KORBAN, antara lain:

1. Nama : Alpen Amirka
Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa UNCEN semester 4.
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang.
Akibat insiden : luka sobekan akibat dicincang dengan sabit oleh seorang warga Madura. Luka sobekan dibagian kanan tulang belikat; luka sobekan 60 jahitan.

2. Nama : Yesman Deall
Umur : 22 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa, kuliah di Jogyakarta, semester 4 (sedang cuti)
Agama : Kristen Protestan
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang
Akibat Insiden : Luka sobekan dipukul batu kali oleh seorang Makasar, dan luka sobekan di kepala dibagian kiri di dekat otak kecil. Luka sobekan 7 jahitan, kedalaman luka 5,6 cm.

3. Nama : Yulianus Uropdana, SH
Umur : 28 Tahun
Pekerjaan : Baru selesai SI di UNIAP Jayapura; dan rencana ambil S2 di Yogyakarta
Agama : Katolik
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang
Akibat Insiden : Luka sobekan dicincang parang di pergelangan tangan kiri, tulang topi
ke luar, dan urat-urat terputus.

4. Nama : Elisa Mimin
Umur : 21 Tahun
Pekerjaan : Mahasiwa STIKOM, semester dua.
Agama : Kristen Protestan
Asal : Oksibil - Pegunungan Bintang
Akibat Insiden : luka sobek dicincang parang di pergelangan tangan kiri; dan luka sobek dicincang parang di bagian kanan kepala di dekat otak kecil.

Dikabarkan ada dua mahasiswa juga dibacok, yang satu asal Wamena Lembah dan yang satu lagi asal Sorong. Dikabarkan dirawat di RSUD Dok II, namun setelah kami cek di RSUD Dok II, ternyata keduanya tak ada di tempat. Diperidiksi bahwa kabar ini hanya sebatas isu, (kemungkinan tidak benar). Informasi lain, termasuk nama pelaku akan menyusul. (Foto-foto korban terlampir).

III. KRONOLOGIS INSIDEN BERDARAH

Karena terobsesi ingin menonton Liga Campion, sdr. Yulianus Uropdana (korban bacok) mengajak adik-adiknya berbelanja di Pasar Baru Youtefa pada jam 16.30 WPB. Sdr Yulianus (korban) mengajak tiga orang pergi belanja di Pasar Baru Youtefa menggunakan dua motor. Sdr Yulianus bersama seorang adiknya pulang mendahului ke dua adik yang lain. Yulianus bersama adiknya tiba di asrama Pegunungan Bintang di Kompleks Pasar Lama Kamkei pada jam 17.30 WPB.

Awal insiden terjadi ketika Alpen Amirka bersama temannya yang diboncengi melewati diantara dua mobil; satu mobil Avanza dari arah bawah (pasar baru) dan mobil Carry dari arah atas (pasar lama). Motor Alpen melewatinya di arah kiri jalan di antara kedua mobil, tiba-tiba ada motor dari arah atas (pasar lama) dengan berkecepatan tinggi. Melihat itu, sdr Alpen hendak menaikan gas untuk menghindar, ternyata kedua motor itu pun berbenturan. Alpen bersama teman dan motornya terjatuh, akibatnya Alpen dan temannya luka lecet di lutut dan pergelangan tangan kanan. Sementara abang Madura yang menabrak Alpen Cs tidak terjatuh, hanya motornya yang terjatuh. Insiden tabrakan ini terjadi pada jam 17.30 WPB.

Pada saat itu tiba-tiba datanglah seorang laki-laki (amber) dengan sikap geram (marah), Alpen mengira bahwa hendak memukulnya, maka Alpen bergegas berdiri dan menampar pipi kanan abang itu. Ternyata tujuan kedatangan abang itu hendak membantu Alpen Cs yang terjatuh. Alpen mengetahui kehendak kedatangan abang itu, maka pada saat itu juga meminta maaf kepada abang itu. Sementara itu, Abang ojek (penabrak) mengeluarkan pisau hendak menikam Alpen Cs. Seorang abang ojek lagi datang menendang sebanyak tiga kali. Disaat itu pula masyarakat yang ada di sekitar Pasar Lama, khususnya Pangkalan Ojek di dekat Kali Acai mengepung kedua saudara (mahasiswa) asal pegunungan bintang ini. Saat itu juga mereka dikepung dari segala arah oleh masyarakat Madura dan Makasar yang ada di sekitar Pangkalan Ojek di Pasar Lama dengan membawa parang, sabit, pisau, batu dan kayu.

Saat dikepung, Alpen menelpon saudara-saudaranya melaporkan insiden dimaksud. Pada saat tabrakan itu sdr. Jesman Deall (korban susulan ke dua) mengendarai motor bersama istrinya dari arah atas (Pasar Lama) hendak pergi ke Pasar Baru membeli ayam potong dan menyaksikan secara seksama kejadian itu.

Segala arah di kepung, maka Alpen melarikan diri bersembunyi di dalam toko pakaian di Pasar Lama. Salah seorang Madura/Makasar datang ditempat persembunyiannya dan menikamnya dari arah belakang. Akibatnya luka sobekan besar di punggung di dekat tulang belikat bagian kanan. Nyawanya terancam, maka disaat itu pula Alpen menyelamatkan diri dengan cara melarikan diri dicela-cela kepungan warga setempat dan tiba di Asrama Pegunungan Bintang pada jam 18.00 WPB.

Insiden berdarah yang bermula dari tabrakan motor dengan motor ini dilaporkan oleh Alpen kepada teman-temannya yang ada di halaman Asrama. Bersama dengan teman-temannya turun ke Tempat Kejadian Perkara (TKP) untuk menjelaskan kejadian dimaksud kepada rekan-rekan asramanya. Menurut Alpen dan Jesman Deall hampir semua masyarakat Madura Makasar yang ada di Kompleks Pasar Lama, lebih khusus laki—laki terlibat dalam pengepungan itu.

Melihan kejadian mengerikan yang menimpa Alpen, maka Jesman Deall mengejar pelaku penikaman (abang Madura). Jesman menggilnya di Mesjid belakang Pasar Lama dan dia (pelaku) pun datang. Menurut Jesman, ia mengejarnya bukan untuk memukul, akan tetapi berbicara baik dengan dia dan berdamai. Ironisnya Abang pelaku ini memanggil masyarakat Madura dan Makasar yang ada disekitar itu; dan mengepungnya dari segala arah. Jesman bersama istrinya yang sedang hamil tak ada jalan lain untuk menyelamatkan diri. Jesman mengatakan kepada mereka: “bukan saya yang telah terjadi tabrakan, saya hanya bicara baik dengan pelaku dan berdamai saja”. Ungkapan Jesman tidak digubris oleh warga setempat yang mengepungnya. Para masyarakat itu tidak mendengar apa yang dikatakan Jesman dan mereka pun mengepungnya dengan memegang parang, sabit, pisau dan batu.

Salah seorang diantara masyarakat itu mendekati Jesman dan memukulnya dengan menggunakan batu kali di bagian kepala di dekat otak kecil. Jesman pun terjatuh dan pingsang pada jam 17.45 WPB. Disaat itu, istrinya hendak menolong membangunkannya, namun warga lain yang berkenderaan bermotor menabraknya, akhirnya istrinya pun terjatuh. Rombongan masyarakat Madura – Makasar menarik diri meninggalkan Jesman dan istrinya. Setelah sadarkan diri, Jesman terbangun lalu bersama istrinya pergi ke RSUD Abepura untuk mendapatkan perawatan. Luka sobekannya dijahit pada jam 19.25 WPB.

Sementara itu juga sdr. Yanuarius (korban susulan ketiga) menelpon sdr. Alpen karena di hand phonenya terdapat panggilan tiga kali tidak terjawab. Sdr Yanuarius menelpon kembali. Sdr Alpen memberitahu bahwa dirinya dapat dibacok (dicincang) dari seorang abang Madura/Makasar. Sdr Yanuarius pun bergegas menuju ke masyarakat Madura dan Makasar di Pasar Lama Kamp Kei hendak menanyakan kejadian itu. Ia bertanya kepada beberapa orang yang ada di situ, namun mereka tidak memberitahukan kejadian itu. Ada seorang mama memberitahu bahwa terjadi kecelakaan dan pemilik motornya telah kabur.

Disaat gobrol-gobrol dengan mama itu, tiba-tiba ada beberapa mahasiwa asal Pegunungan Bintang muncul setelah melihat dua temannya di RSUD Abepura yang dibacok dua abang asal Madura- Makasar. Mereka tidak menerima kejadian ini. Sekitar 10 orang mahasiswa turun ke Kompleks Pasar Lama hendak menanyakan pelaku. Mengingat situasi kurang kundusif, maka sdr Yanuarius berusaha menghalangi adik-adiknya dan mengajak mereka pulang ke Asrama, namun sebagian adik-adinya yang lain sudah masuk ke Tempat Kejadian. Tak lama kemudian masyarakat Madura –Makasar di Pasar Lama membunyikan tiang listrik sebagai tanda menyerang para mahasiswa itu. Tiba-tiba rentetan tembakan oleh para polisi yang bersembunyi di rumah-rumah warga Pasar Lama ke luar dari kiri dan kanan jalan raya. Bersamaan dengan rentetan penembakan itu, masyarakat Madura-Makasar pun bergerak maju dan ke luar dari lorong-lorong pertokoan diback up oleh polisi mengepung para mahasiswa.

Mendengar rentetan tembakan, sdr Yulianus (korban susulan) menghindar dan berdiri dipertigaan Pasar Lama, tiba-tiba masyarakat Madura-Makasar mengepung sambil polisi menembak maju ke arah mahasiswa. Yulianus pun heran bahwa masyarakat Madura-Makasar ada kerja sama dengan polisi. Ia pun menanyakan kenapa pada saat itu polisi ada ditempat, namun tidak mengajak para mahasiswa untuk berbicara, malah justru polisi menembak maju bersama dengan masyarakat Madura-Makasar. Yulianus menuturkan bahwa ia pun hampir ditembak mati oleh polisi, namun ada seorang anggota polisi yang mengenalnya, datang merangkulnya, maka anggota polisi yang siap menembak itu, tidak menembaknya. Ketika itu juga, sdr Yulianus melarikan diri, namun seorang masyarakat (amber) membacok (mencincang) pergelangan tangan kirinya dengan parang. Sdr Yulianus langsung ke RSUD Abepura untuk mendapat perawatan.

Pada waktu yang bersamaan pula, sdr Elisa Mimin yang tergabung dalam rombongan mahasiswa tadi mendapat kepungan dari segala arah. Ia melihat lima orang bergegas menuju kearah Elisa dan ia pun dibacok (dicincang) dari abang Makasar atau Madura. Ketika itu, ia bersama rekan-rekannya bergerak menuju ke tempat kejadian hendak menanyakan pelaku tanpa membawa alat tajam (tangan kosong). Para mahasiswa itu dikepung dari segala arah oleh masyarakat Kompoleks Pasar Lama dengan membawa parang, sabit, pisau dan batu yang diback up oleh polisi. Disaat seorang makasar/Madura mengayunkan parang di mukanya, Elisa menadanya dengan tangan kiri, akhirnya pergelangan tangan mengalami luka sobek besar. Seketika Elisa bergegas menyelematkan diri, ayunan parang dari seorang Makasar/Madura mengenai kepala bagian kanan di dekat otak kecil. Ia bergegas menghindar dari tempat itu sambil menahan daging kepala yang terkapar ke luar dan memberitahukan kepada polisi yang berada di situ untuk mengantarnya ke RSUD Abepura. Luka sobekan Elisa (korban susulan ke empat) dijahit pada jam 20.00 WPB. Sedangkan sdr. Yulianus (korban susulan ketiga) mendapat perawatan operasi pergelangan tangan kirinya pada hari Minggu tanggal 29 Mei 2011 jam 11.00 WPB.

Elisa menuturkan bahwa ada dua truck diparkirkan di jalan masuk Garuda dan di dekat kali Acai, namun polisinya tidak ada ditempat. Ternyata polisi bersembunyi di rumah-rumah warga Makasar-Madura disiagakan dan membiarkan masyarakat Madura-Makasar menyerangnya, bahkan polisi pun bergerak maju sambil menembak ke arah para mahasiswa bersama orang Madura-Makasar. Sedangkan sdr Yulianus mengatakan bahwa pihak kepolisian terlihat ada kerja sama dengan masyarakat Makasar-Madura karena ketika tiang listrik dibunyikan pada saat itu pula rentetan peluru dikeluarkan oleh polisi dari tempat persembunyian (rumah-rumah warga Makasar-Madura), bahkan polisi pun bergerak maju bersama warga setempat mengepung para mahasiswa. Ia pun menambahkan bahwa ini terjadi pembiaran oleh polisi dan bahkan terlihat ada kerja sama dengan masyarakat Madura-Makasar.

Dipihak masyarakat Madura – Makasar tidak ada yang korban, sementara empat mahasiswa asal Pegunungan Bintang berada dalam kondisi kritis akibat serangan membabi buta dari masyarakat Madura-Makasar yang ada di Kompleks Pasar Lama Kamp Kei. Sementara ini keempat korban sedang dirawat di UGD RSUD Abepura – Jayapura – Papua.

Aparat kepolisian hingga saat ini bersiaga satu dengan senjata lengkap di dua arah jalan, yakni jalan Garuda (jalan masuk Pasar Lama) dan juga siaga satu di Kali Acai, dan juga disiagakan di Kompleks Pasar Lama Kamp Kei.

IV. PERTANYAAN ANALISA

Insiden berdarah ini terjadi pembiaran oleh aparat kepolisian untuk mengepung mahasiswa oleh masyarakat Madura-Makasar yang ada di Kompleks Pasar Lama. Justru polisi memback up masyarakat Madura-Makasar untuk mengepung para mahasiswa asal Pegunungan Bintang.

1). Mengapa polisi bersembunyi di rumah-rumah warga Madura-Makasar dan bergegas menembakan rentetan peluru setelah masyarakat Madura-Makasar membunyikan tiang-tiang listrik sebagai tanda penyerangan kepada para mahasiswa?

2) Mengapa pihak kepolisian bergegas maju bersama masyarakat Madura-Makasar sambil menembak ke arah para Mahasiswa yang tidak membawa alat tajam?

3) Mengapa polisi tidak mendekati dan diajak bicara dengan para mahasiswa ketika mendatangi ke tempat kejadian, malah sebaliknya para mahasiswa yang tak punya alat tajam dikepung masyarakat Madura-Makasar diback up polisi dengan menembakkan peluru bertubi-tubi?

4) Ada apa dibalik insiden berdarah ini?

Demikian kronologis peristiwa berdarah yang menimpa empat mahasiswa Papua asal Pegunungan Bintang. Silahkan Anda mengirimkan kronologis ini ke jaringan yang Anda kenal. Sekian dan terima kasih.

“Port Numbay – Papua Permai, Minggu, 29 Mei 2011

“PERSATUAN TANPA BATAS, PERJUANGAN SAMPAI MENANG”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar